Jakarta, Banyak yang belum tahu kalau anak kecil juga bisa kena diabetes? Tapi karena diabetes dianggap penyakit orang dewasa, orangtua yang memiliki anak dengan gejala diabetes cenderung abai. Akibatnya banyak anak yang terkena diabetes tak terdeteksi dan tak bisa berumur panjang.
Berbeda dengan orang dewasa yang kebanyakan terkena diabtes tipe 2 karena perubahan pola makan, diabetes yang banyak terjadi pada anak adalah diabtes tipe 1. Diabetes Militus (DM) tipe 1 ini adalah diabetes yang terjadi karena kerusakan sel beta pankreas. Kerusakan pada pankreas ini membuat tubuhnya tidak mampu memproduksi sendiri insulin.
Gejala paling khas pada DM tipe 1 adalah anak banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsia) dan banyak kencing (poliuria). Namun sebelum ketiga gejala itu muncul, biasanya anak akan mengalami gejala lainnya yakni cepat letih dan berat badannya terus menurun.
Anak dengan DM tipe 1 menjadi banyak makan karena tubuhnya tidak memproduksi insulin untuk memberi sinyal bahwa tubuh tidak lapar. Akibatnya otak selalu merasa butuh asupan kalori, sehingga anak selalu ingin makan seperti tidak pernah kenyang.
Banyak minum berhubungan dengan banyak kencing, karena cairan tubuh yang terbuang saat kencing harus diimbangi dengan banyak minum. Banyak kencing sendiri terjadi karena tubuh selalu berusaha mengeluarkan kelebihan gula darah melalui air kencing.
“Tidak harus menunggu ketiga gejala itu, kalau anak sudah mulai sering merasa lemas dan berat badannya selalu turun maka kemungkinan ada yang tidak beres dengan insulin. Sebaiknya langsung diperiksa agar kalau ada gangguan pada produksi insulin, tidak terlambat terdeteksi,” ungkap dr Erwin dalam seminar media bertajuk “Integrated and Comprehensive Management of Type 1 DM in Indonesia: What Have We Achieved?” di Hotel Akmani, Rabu (26/10/2011).
Anak penderita DM 1 harus mendapat pengobatan dan pemeriksaan darah secara rutin seumur hidupnya. Tapi tidak semua orangtua mampu yang anaknya terkena DM1 mampu meberikan pengobatan dan pemeriksaan darah secara rutin. Akibatnya diperkirakan 30-40 persen anak dengan diabetes tipe 1 gagal dalam pengobatan karena tidak punya biaya.
“Sekitar 30 persen. Antara 30-40 persen gagal dalam pengobatan karena poverty, miskin,” ungkap dr Erwin yang juga Project Manager Unit Kerja Kelompok (UKK) Endokrinologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Menurutnya, jaminan kesehatan yang baik sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan ratusan anak Indonesia dari penyakit tersebut.
Dikatakan oleh dr Erwin, dalam beberapa kasus, anak dengan Diabetes Melitus (DM) tipe 1 hanya sempat mendapat insulin satu kali dan sesudah itu meninggal. Ada yang karena memang terlambat terdeteksi, namun sebagian di antaranya karena tidak sanggup menanggung biayanya.
Sebagai gambaran, dalam sehari seorang penyandang DM tipe 1 harus melakukan tes darah kurang lebih 3 kali sehari dengan strip sekali pakai yang masing-masing harganya sekitar Rp 10.000. Belum lagi harus membeli insulin, yang harganya Rp 200.000 per flacon untuk beberapa kali suntik.
Jika dihitung secara kasar, pengeluaran rutin seorang penyandang DM tipe 1 bisa mencapai Rp 3,5 juta per bulan karena masih ditambah ongkos pembelian jarum suntik yang masing-masing hanya sekali pakai. Nominal sebesar ini tentu berat bagi yag penghasilannya pas-pasan.
Menurut dr Erwin, insulin untuk penyandang DM tipe 1 sebenarnya sudah ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Namun dalam praktiknya, dr Erwin menilai masih banyak masyarakat miskin yang kesulitan untuk mengurus administrasi Jamkesmas.
Hingga saat ini memang belum ada angka pasti terkait jumlah anak yang menyandang DM tipe 1 di Indonesia. Namun menurut data UKK Endokrinologi, hingga Oktober 2011 jumlahnya diperkirakan mencapai 724 anak dengan pertumbuhan sekitar 240 kasus baru/tahun.
Komplikasi
Salah satu komplikasi DM tipe 1 yang sering dijumpai pada anak adalah ketoasidosis, atau sering disebut koma diabetik. Kondisi ini terjadi karena tubuh tidak menghasilkan insulin untuk memproses gula menjadi energi, sehingga kebutuhan energi diperoleh dari lemak yang diubah menjadi keton.
Kelebihan keton dalam tubuh menyebabkan asidosis atau keasaman tubuh meningkat, sehingga terjadilah koma diabetik yang jika tidak tertangani bisa berujung pada kematian. Menurut dr Erwin, sebagian besar dari 724 anak penyandang DM tipe 1 terdeteksi setelah mengalami komplikasi ini.
Sumber : detikhealth.com
0 komentar:
Posting Komentar